Siswa dan siswi SMK Sahid kelas X Multimedia, belajar membuat CV (Curriculum Vitae) atau biasa dikenal sebagai daftar riwayat hidup. CV merupakan sesuatu yang sangat penting dalam membantu perkembangan karir maupun kemampuan yang dimiliki siswa, CV biasanya digunakan untuk mengirim lamaran pekerjaan, mendapatkan beasiswa, maupun mengikuti kegiatan Magang, Pelatihan hingga PKL (Praktik Kerja Lapangan).
CV menjadi pertimbangan paling awal bagi sebuah Institusi untuk menerima maupun menolak seseorang, untuk bergabung menjadi bagian dari Institusi tersebut. Hal inilah yang membuat CV teramat penting, sehingga meskipun hanya berisi riwayat hidup, CV tidak bisa disusun dengan sembarang jadi atau asal. Hal inilah yang membuat pembelajaran mengenai CV begitu penting.
Pasalnya terdapat fakta yang menunjukkan bahwa banyak orang gagal, untuk melanjutkan karir yang disebabkan oleh kesalahan dalam penyusunan CV. Meskipun tidak ada format khusus untuk membuat suatu CV, namun terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan CV, diantaranya:
Data Pribadi
Hal pertama yang harus ada dalam sebuah CV adalah Data Pribadi, yang terkait dengan identitas seperti nama lengkap, tanggal lahir, alamat, email dan nomor telepon. Penggunaan data pribadi fungsinya untuk menjadi tanda pengenal sekaligus agar memudahkan proses reqruitment berikutnya.
Profil
Profil merupakan deskripsi diri maupun informasi gambaran mengenai siapa diri kamu, apa ketertarikan mu, dan kemampuan apa yang kamu miliki. Fungsinya agar reqruiter mengetahui gambaran tentang diri kamu.
Pendidikan
Pendidikan merupakan komponen penting berikutnya yang tidak boleh ditinggalkan, lewat Pendidikan reqruiter akan mengetahui sejauh mana proses pembelajaran mu dilakukan. Hal ini juga akan menjadi pertimbangan untuk mengukur pengetahuan dan kemampuan yang kamu miliki.
Pengalaman Kerja/Magang
Pengalaman kerja dapat menjadi tolak ukur bagi suatu perusahaan untuk melihat sejauh mana kemampuan mu terhadap suatu bidang, namun sebagai pelajar sebagian besar dari kita belum memiliki pengalaman kerja, sehingga bisa digantikan dengan pengalaman Magang atau PKL.
Skill
Skill merupakan kemampuan maupun keahlian yang dimiliki seseorang, skill sendiri terbagi menjadi dua jenis, soft skill dan hard skill. Soft skill merupakan kemampuan interpersonal yang ada dalam diri seseorang, seperti komunikatif, dapat bekerjasama, dapat memimpin organisasi dan masih banyak lagi. Sedangkan hard skill merupakan kemampuan spesifik yang dimilili seseorang terhadap suatu bidang, misalnya kemampuan dalam mengoperasikan komputer, Microsoft office, excel, adobe photosop, dan lain sebagainya.
Hal itulah yang dipelajari oleh siswa dan siswi di SMK Sahid, sehingga Ketika nanti siswa hendak mengajukan beasiswa, mencari pekerjaan, mencari tempat PKL, siswa sudah tidak kebingungan lagi bagaimana cara membuat CV.
https://pondokpesantrensahid.sch.id/wp-content/uploads/2022/02/WhatsApp-Image-2022-02-24-at-18.10.271.jpeg9481264inggitsvrhttps://pondokpesantrensahid.sch.id/wp-content/uploads/2021/05/ppms-green-281x300.pnginggitsvr2022-02-25 09:38:572022-02-25 09:38:58Belajar Membuat CV (Curriculum Vitae)
Sebagaimana diketahui bersama bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi seluruh umat muslim. Tentunya ada tahapan dan etika dalam proses menuntut ilmu tersebut. Dalam menuntut ilmu itu sendiri, salah satu etika yang harus dimiliki seorang murid/santri adalah bersikap tawadhu/rendah hati terhadap guru. Diibaratkan seorang murid hadapan guru, murid laksana seorang pasien yang tidak tahu apa-apa di hadapan dokter yang tahu betul penyakitnya dan bagaimana cara mengobatinya. Imam Al-Ghazali berkata : اَلْوَظِيفَةُ الثَّالِثَةً: أَنْ لَا يَتَكَبَّرَ عَلَى الْعِلْمِ وَلَا يَتَأَمَّرَ عَلَى الْمُعَلِمِ، بَلْ يُلْقِى إِلَيْهِ زِمَامَ أَمْرِهِ بِالْكُلِّيَةِ فِي كُلِّ تَفْصِيلٍ وَيَذْعَنُ لِنَصِيحَتِهِ إِذْعَانَ الْمَرِيضِ الْجَاهِلِ لِلطَّبِيبِ الْمُشْفِقِ الْحَاذِقِ. وَيَنْبَغِي أَنْ يَتَوَاضَعَ لِمُعَلِّمِهِ وَيَطْلُبَ الثَّوَابَ وَالشَّرَفَ بِخِدْمَتِهِ Artinya: “Poin ketiga, murid tidak boleh menyombongkan ilmunya dan menentang gurunya. Tetapi harus tunduk sepenuhnya kepada guru dan mematuhi betul nasihatnya, seperti kepatuhan orang sakit yang tidak tahu cara mengobati penyakitnya kepada seorang dokter ahli yang berpengalaman. Seorang pelajar/murid harus tawadhu terhadap gurunya, serta mengharap pahala dan kemuliaan dengan berkhidmah terhadapnya.” (Al-Ghazali, Ihyâ’ ‘Ulûmiddîn, juz I, halalam 50).
Dari penjelasan imam Al-Ghazali di atas, kita menangkap analogi yang sangat tepat. Posisi murid terhadap guru bagaikan pasien yang tidak tahu cara mengobati penyakitnya di hadapan dokter yang ahli dan berpengalaman. Orang yang tidak tahu apa-apa tentang penyakit yang dideritanya, pasti akan menyerahkan diri secara total kepada dokter untuk diobati. Bahkan seharusnya ketundukan murid kepada seorang guru melebihi tunduknya pasien kepada dokter. Jika dokter mengobati penyakit fisik, maka seorang guru mengobati kebodohan.
Sayyid Murtadla az-Zabidi (wafat 1205 H) menegaskan, posisi murid terhadap guru tidak hanya seperti orang sakit di hadapan dokter. Tapi seperti seorang mayit di hadapan orang yang memandikannya, atau seperti jerami yang hanyut terseret aliran air. Betul-betul patuh secara total. (Murtadla az-Zabidi, Ithâfus Sâdatil Muttaqîn, juz I, halaman 504-505).
Sebagai ‘itibar dan qudwah bagi kita, mari kita tengok kisah ketawadhuan Ibnu Abbas ra, keponakan Rasulullah SWA. Suatu ketika Zaid bin Tsabit ra selesai melakukan shalat jenazah. Melihat itu, Asy-Sya’bi (wafat 104 H) bergegas mendekatkan hewan baghal untuk dikendarai Zaid ra. Lalu Ibnu Abbas datang dan meraih baghal tersebut untuk dinaiki Zaid dengan tujuan tabarrukan dan menghormatinya. “Tidak usah wahai anak paman Rasullullah,” tolak Zaid ra merasa tidak enak. “Beginilah kami disuruh berbuat terhadap ulama dan orang-orang besar”, Ibnu Abbas ra menjawab. “Demikianlah kami disuruh berbuat terhadap keluarga keluarga Nabi kita SAW”, balas Zaid ra sambil mencium tangan Ibnu Abbas ra. Menurut imam Al-Ghazali, salah satu bentuk hormat murid kepada seorang guru adalah dengan memilih pendapat guru, meskipun murid memiliki pendapat sendiri. Karena terkadang pendapat guru itu salah menurut murid, namun hanya dalam perasangkanya yang kurang memiliki pengalaman belajar yang luas. Apa yang terlihat janggal pada guru, terkadang menyimpan rahasia yang tidak diketahui murid. (Al-Ghazali, Ihyâ’ ‘Ulûmiddîn, juz I, halaman 50).
Kita bisa menilik kisah perjumpaan Nabi Musa as dengan Nabi Khidlir as. Konon, Nabi Musa merasa tidak ada orang yang lebih pandai dari pada dirinya. Ternyata dugaannya salah, masih ada orang yang memiliki ilmu dan kepandaian di atas kemampuannya, yaitu Nabi Khidlir as. Menyadari hal itu, Nabi Musa as meminta berguru kepada Nabi Khidlir as. Nabi Khidlir as bersedia, tapi dengan satu syarat, yaitu tidak boleh menanyakan keganjilan yang dialaminya selama menjadi murid, Nabi Khidlir as sendiri yang menjelaskannya. Namun Nabi Musa as tidak mampu memenuhi syarat itu. Ia terus menanyakan hal-hal ganjil yang ditemuinya selama mengikuti Nabi Khidlir as. Karena itu, Nabi Musa as gagal berguru dan berpisah dengan Nabi Khidlir as. Kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidlir as di atas mengandung pesan penting. Seorang murid hendaknya menuruti apa kata gurunya. Bahkan seandainya ada kejanggalan terhadap perintahnya, selama tidak bertentangan dengan syari’at. Karena pada hakikatnya, guru mengetahui hal-hal rahasia yang belum diketahui murid. Lalu, begaimana dengan anjuran bertanya jika murid tidak tahu? Bukankah orang yang tidak tahu dianjurkan untuk bertanya? Sebagaimana firman Allah ta’ala: فَسْئَلُوٓاْ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ Artinya: “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”(QS an-Nahl: 43).
Memang benar demikian. Namun, menurut Al-Ghazali, murid boleh bertanya asalkan sudah mendapat izin dari guru untuk mengajukan pertanyaan. Jadi, sebelum mengajukan pertanyaan, hendaknya murid meminta izin dulu, apakah boleh mengajukan pertanyaan. Sebab, guru lebih tahu kesiapan murid menerima jawaban atas pertanyannya. Salah satu bentuk kesombongan murid, masih menurut Al-Ghazali, adalah tidak mau berguru kecuali kepada guru yang terkenal pakar di bidangnya. (Al-Ghazali, Ihyâ ‘Ulûmiddîn, juz I, halaman 50-51). Sikap murid seperti itu, yang hanya mau belajar kepada guru yang terkenal kepakarannya, lanjut Al-Ghazali, merupakan kebodohan. Logikanya, orang yang sedang berada dalam kepungan hewan buas, tentu tidak akan membeda-bedakan siapa yang menolongnya. Asalkan bisa selamat dan segara keluar dari kepungan itu. Demikian juga seorang murid yang berada dalam ancaman terkaman api neraka karena kebodohan yang dimilikinya. Untuk selamat dari panas api neraka, tidak perlu memilih-milih siapa orang yang akan menjadi gurunya untuk menyelamatkan dari kebodohan dan api neraka. Asalkan guru itu mampu, maka layak berguru kepadanya. Rasulullah SAW pernah bersabda: اَلْعِلْمُ ضَالَّةُ الْمُؤْمِنِ يَأْخُذُهَا حَيْثُ وَجَدَهَا. (رواه ابن عساكر) Artinya: “Ilmu adalah barang hilangnya orang mukmin, ia akan mengambilnya di mana pun ia menemukannya.” (HR Ibnu ‘Asakir) Rasulullah SAW. menganalogikan ilmu dengan barang berharga milik seorang mukmin yang hilang. Karenanya, sudah sepatutnya di mana pun barang itu ditemukan, segeralah diambilnya. Demikian juga ilmu, pada siapa pun ilmu itu ditemui, maka hendaknya diambil, bahkan ditemui pada orang yang usianya lebih muda darinya. Para ulama dalam syair Arab mengatakan yang artinya “Lihatlah apa yang dikatakan jangan lihat siapa yang berbicara”
Demikian pentingnya sifat tawadhu murid terhadap guru. Saat banyak murid tidak lagi menghargai guru, bahkan kenakalan anak didik menjadi problem serius negeri ini, penjelasan imam Al-Ghazali ini perlu kita renungi bersama. Sudahkah kita menjadi murid yang baik? Murid yang mengedepankan sifat tawadhu terhadap guru? Semoga ketawadhuan dimiliki oleh para santri yang sedang belajar menuntut ilmu agar mendapatkan keberkahan dan ilmu yang bermanfaat. Wallâhu a’lam.
Tim DM PPMS.
https://pondokpesantrensahid.sch.id/wp-content/uploads/2022/02/WhatsApp-Image-2022-02-13-at-8.25.21-PM.jpeg12001600adminhttps://pondokpesantrensahid.sch.id/wp-content/uploads/2021/05/ppms-green-281x300.pngadmin2022-02-13 20:49:282022-02-13 20:49:31Sikap Tawadhu Murid terhadap Guru/Ustad
Liputan Gedung TSJ beserta makna dari Hasta Brata Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh Sobahul khair para sahabat, semoga kalian semua selalu dalam keadaan shat wal afiat. Ok guys. Kali ini channel youtube pesantren modern sahid akan mengupas tentang bangunan- bangunan yang memliki nilai-nilai filosopis yang dibangun oleh almarhum Bapak Prof. Dr. H. Sukamdani Said Gitosardjono selaku pendiri pondok pesantren modern sahid. Setiap bangunan yang didirikan olehnya selalu memiliki makna filosopis dalam setiap desainnya yang bisa diambil maknanya bagi kita semua tentunya. Ok guys! Yang pertama yang akan kita bahas adalah gedung Taman Sahid Jaya (TSJ), karena gedung ini memiliki desain ikonik banget menyerupai The Dome of The Rocknya di Yerusalem. Oke guys check it out.
Kita akan bahas sejarah berdirinya Taman Sahid Jaya in atau The Dome of The Rocknya Indonesia. Menurut informasi yang kami peroleh dari sumber terpercaya. Bahwa desain pembangunan gedung Taman Sahid Jaya ini terinspirasi ole keindahan dan makna spiritual Bangunan Dome of the Rock yang terletak di atas bukit di Kota Yerussalem. Bagunan 2 lantai ini merupakan replika dari Dome of the Rock tersebut. Bangunan tersebut sekarang menjadi kantor Yayasan Wakaf Sahid Husnul Khatimah. Almarhum Bapak Sukamdani dan almarhumah Ibu Hj. Juliah Sukamdani sebagai pendiri bangunan tersebut berharap tujuan didirikan bangunan tersebut menjadi simbol cahaya yang menerangi hati nurani dan jiwa yang ber Ketuhanan Yang Maha Esa dan Ber Iman dengan cinta kasih dan perdamaian. Di atap langit-langit kubah Taman Sahid Jaya ini berhiaskan simbol-simbol Hasta Brata dari budaya Leluhur berarti menjunjung tinggi Hasta Brata. Nah ini menarik guys. Apa makna filosopis Hasrta Brata tersebut. Yu kita simak.
Hasta dalam bahasa sangsakerta artinya Dealpan sedangkan Brata artinya perilaku atau sifat. Delapan sifat tersebut mencitrakan sifat-sifat gejala alam semesta. Dengan kata lain usaha Sahid Grup akan lestari bila manajemen dan sistemnya memanfaatkan dan mengolah keseimbangan gejala-gejala alam tersebut. Yang pertama, Sifat Matahari yang mengeluarkan panas, penh energi dan memberi sarana untuk hidup. Maka seorang pemimpin bersifat seperti matahari adalah agar setiap pemimpin harus mampu memberi motivasi, member spirit/semangat, memberi kehidupan, dan memberi kekuatan kepada seuruh aak buahnya yang dipimpinnya. Kedua sifat Bulan, maknanya adalah seorang pemimpin harus memiliki sifat bulan, maksudnya agar setiap pemimpin harus harus dapat menyenangkan, menarik hati, dan member terang dalam kegelapan kepada semua anak buah yang dipimpinnya. Ketiga sifat Bintang, seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti bintang, maksudnya, bahwa seorang pemimpin itu harus memberi petunjuk, memberi arahan dan bimbingan agar anak buahnya mampu menyelesaikan tugas degan baik. Keempat sifat Angin, seorang pemimpin harus dapat berfungsi seperti sifat angin maksudnya agar setiap pemimpin bertindak dengan cermat dan teliti serta tidak segan-segan langsung terjun ke masyarakat agar mengtahui anak buah yang sebenarnya. Apalagi angin segar, maka seorang pemimpin harus mampu membawa suasana menyenangkan dan menyejukan. Kelima sifat Api, jadi seorang pemimpin harus bertindak seperti api artinya harus tegas dan adil tanpa pandang bulu. Di samping tegas juga harus mempunyai prinsip yang konsisten serta dapat menahan emosi dan mengendalikan diri. Keenam sift mendung, seorang pemimpin harus bersifat seperti mendung yaitu harus dapat menjaga kewibawaan dengan berbuat jujur terbuka dan semua yang menjadi programnya bermanfaat bagi semua anak buahnya. Ketujuh sifat Samudera, seorang pemimpin harus berfungsi seperti samudera yaitu mempunyai pandangan yang las, merata, sanggu dan mampu menerima berbagai macam persoalan dan tidak boleh pilih kasih dan membenci tergadap golongan apapun di amping itu juga harus berbesar jiwa seluas samudera yaitu mau memaafkan kesalahan orang lain. Kedelapan sift bum yaitu seorang pemimpin harus bersifat seperti bumi yaitu berteguh hati dan selalu memberi anugerah kepada siapa saja yang berjasa terhadap nusa dan bangsa melalui berbagai profesinya. Dengan demikian ajaran kepemimpinan dalam budaya Leluhur bersifat delapan itu berasal dari unsur- unsur yang ada dalam alam semesta ciptaan Allah Than Pencipta Alam Semesta. Ok guys sementara demikian yang bisa saya bahas, untuk bahasan-bahasan yang lainnya pantengin aja cahnnel youtubre in. Thanks for watching an dont forget like, comment and subseribenya agar bisa terus taayang.
https://pondokpesantrensahid.sch.id/wp-content/uploads/2022/01/WhatsApp-Image-2022-01-20-at-10.55.51-AM.jpeg12001600adminhttps://pondokpesantrensahid.sch.id/wp-content/uploads/2021/05/ppms-green-281x300.pngadmin2022-01-20 11:04:472022-01-20 11:21:09Gedung TSJ beserta makna dari Hasta BRATA